Mengapa kau pergi di saat aku bener-bener menikmati setiap detik?!?
Mengapa kau pergi di saat aku bener-bener merasakan rasa yang baru ku rasakan?!?
Mengapa kau pergi di saat aku bener-bener menjatuhkan semua pilihan?!?
Mengapa kau pergi di saat aku bener-bener menggilaimu?!?
Mengapa kau pergi?!?
Mengapa?!?
Seharusnya aku sadar
Kamu hadir dikehidupanku bukan untuk selamanya dan bukan seterusnya
Melainkan hanya untuk sementara
Bukankah pagi akan berganti siank dan siank akan berganti sore
Karena sesungguhnya apa yang ada disekitarku ini akan pergi meninggalkanku
Begitu juga kamu seseorang yang aku sayang
Ingin ku merelakanmu pergi dariku
Karena berpisah saat ini ato pun saat nanti smuanya akan sama saja
Mungkin seharusnya aku berterima kasih padamu atas waktu yang kemaren saat kau bersama ku
Sungguh betapa indah dan mungkin tak kan pernah ku dapatkan kembali
Dari makhluk mana pun itu
Dan perlu kamu ingat kalo kamu akan slalu tetap jadi yang terindah di hatiku
Terima kasih dan semoga saja dengan seiringnya waktu ku dapat merelakan kepergianmu
Amieeen,,
Pages
▼
Selasa, 27 September 2011
][ SETIA ][
Di sebuah ruangan yang serba berwarna putih. Terdapat dua insan yang sedang menikmati keheningannya. Sang lelaki nampak terbaring lemah di ranjangnya, ditemani seorang wanita yang sangat setia berada di sisinya. Sesering kali suara parau mereka mulai terdengar bersahutan. Mengalun syahdu, menyanyikan lagu-lagu kerinduan. Terkadang pula percakapan ringan yang terbalut pengharapan. Selalu bergema di hari-hari mereka kala itu. Sang lelaki bertanya ;
“ sebelum aku benar-benar pergi meninggalkanmu…, adakah beberapa bait kata-katamu yang akan kau utarakan disini ?...”
“ sebelum aku benar-benar pergi meninggalkanmu…, bersama malaikat itu, menuju tempat peristirahatanku…”
Lalu sang wanita menjawab dengan senyum yang dikuatkan ;
“ tolong jangan katakan itu sayang…, sungguh diriku tak mau mendengarnya lagi…, percayalah… kau akan sembuh, kau akan sembuh sayangku…”
“ dan sepertinya tak ada bait kata-kata terakhir yang pantas aku utarakan sekarang…, karena aku tau…,bahwa dirimu akan sembuh…”
Sang lelaki berkata kembali, mencoba menyadarkan sang wanita :
“ lihatlah aku sayangku…, lihatlah !!…, aku tak mungkin sembuh dan sepertinya ini adalah percakapan terakhir kita…”
“ karena aku tak cukup kuat untuk menahan jutaan rasa sakit ini…, rasa sakit yang terasa amat sangat ku rasakan…, mulai dari otakku sampai ke sum-sum tulangku…”
Lalu jemari sang wanita mulai merangkak menuju tangan sang lelaki. Berusaha meraih ketenangan sang lelaki, dan berkata ;
“ sayangku ternyata kau mulai lupa yah ?..., bukankah semua ucapanmu tadi pernah kau ucapkan kepadaku 2 tahun yang lalu ?...”
“ bahkan sebelum kau mampu mengatakan itu…, keadaanmu lebih parah dari sekarang…, walau hanya untuk mengenaliku saja…, waktu itu kau tak mampu…”
“ namun sekarang lihatlah dirimu…, telah mampu mengenaliku…, mampu bercakap-cakap denganku…, bahkan setiap malam…, sering kali kita habiskan dengan membahas puisi-puisimu terdahulu…”
Sang lelaki memotong ucapan sang wanita ;
“ apakah benar yang kau ucapkan itu ?...”
Kemudian sang wanita mengganguk, lalu tersenyum sembari mengeluarkan suara merdunya ;
“ benar sayangku…, yang aku ucapkan itu benar adanya…, dan sekarang kau berjanji kepadaku yah !..., jangan kau tanyakan lagi kepadaku…, apa kata-kata terakhirku untukmu…”
“ karena aku masih belum siap hidup tanpamu…, aku belum siap menjalani hidup hanya dengan mengenangmu saja…”
“ dan sepertinya hari mulai larut sayangku…, lebih baik kau istirahat dulu !..., semoga esok pagi keadaanmu dapat lebih baik lagi dari sekarang…”
Lalu seusai mendengarnya sang lelaki berkata ;
“ terima kasih sayangku…, atas semua kebaikan dan ketulusanmu kepadaku…, entah bagaimana nanti aku akan mampu membalas semuanya…”
“ oh…Tuhan terima kasih atas anugerah yang terindah ini…, semoga suatu hari nanti, setelah aku sembuh…, aku dapat melakukan apa yang telah dirinya lakukan untuk aku…”
Dengan tatapannya yang berkaca-kaca, sang wanita membalas ;
“ tak usah kau berterima kasih seperti itu sayangku…, itu semua sudah merupakan kewajibanku…, dan aku pun ikhlas melakukannya untukmu…”
“ dan menurutku kelak kau akan mampu berbuat seperti itu…, dan menurutku kau bisa melebihiku…, bahkan mampu melebihi dari perbuatanku sekarang kepadamu…”
Kemudian dengan penuh keharuan, Sang lelaki akhirnya mampu menyalakan kembali pelita yang mulai redup di hatinya. Berusaha mengobarkannya untuk seseorang yang selalu setia di sisinya. Lalu seiring malam yang semakin larut, serta udara dingin yang mulai merambat naik. Merasuki tubuh yang menyelinap dari balik selimut. Kedua insan ini membenamkan percakapannya.
Pukul 04:35 WIB, saat langit hitam kelam tersamarkan oleh suara adzan shubuh. Yang menyadarkan sang lelaki dari biusan sang lelap. Untuk segera bergegas mencukupkan buah tidurnya. Dalam pandangan yang masih sangat terbatas, Sang lelaki mendapati sang wanitanya masih menikmati istirahatnya dengan begitu nikmatnya. Seakan-akan seperti menikmati hidangan yang sangat lezat, tersaji pada meja perjamuan yang sangat panjang. Yang di sekelilinginya dipenuhi beraneka ragam macam makanan. Nampak sesering kali terdengar suara mengecap dari mulut sang wanita. Dan itu yang membuat sang lelaki tersenyum, dan berkata dalam hati ;
“ oh…Tuhan betapa mempesonanya ia…, bahkan saat bertingkah konyol dikala tidur pun…, ia masih nampak begitu mempesona…”
“ sepertinya dengan memandanginya saja…, aku tak perlu repot-repot bersusah payah untuk keluar dari kamarku…, mencari pemandangan terindah di luar sana…”
“ bahkan keindahan pelangi seusai hujan…, sinar mentari yang dipeluk oleh senja…, serta gugusan bintang-bintang yang tumbuh subur disekeliling purnama atau sabit pun…”
“ tak mampu menandingi keindahan pesona wajahnya…, dan dirinya nampak begitu sangat sempurna di mataku…”
Sembari berkata di dalam hati, mata sang lelaki tiada hentinya memandangi setiap inchi lekuk keindahan wajah dari sang wanita. Seakan-akan ia baru saja bertemu dengan wanita tersebut, dan langsung jatuh hati kepadanya.
Sang lelaki kembali berkata di dalam hati ;
“ oh…Tuhanku…, jagalah ia beserta cintanya kepadaku,…jadikanlah cintanya selayak matahari…, yang selalu setia kepada semesta…”
“ jadikanlah cintanya selayak pasir di pantai…, yang tak pernah habis walau dihanyutkan oleh ombak kecil dan besar sekalipun…”
“ jadikanlah cintanya selayak oksigen…, yang tak pernah habis walau manusia, hewan dan tumbuhan berebut menghirupnya di malam hari…”
“ oh…Tuhanku…, perkenanlah permintaanku…”
Seusai memuji sang wanita di dalam hati. Sang lelaki lalu mempersiapkan diri, bersiap menerbangkan hati menuju diri-Nya. Dan segera melaksanakan rutinitas kerohaniannya. Dengan sangat khusyuk, mulutnya nampak berkomat kamit. Berusaha melakukan kesempurnaan didalam melafadzkan ayat - ayat-Nya. Nampak pula, hati yang bersusah payah menggantikan peran anggota tubuh yang lain.
Kemudian tanpa memakan waktu lama, Sang lelaki kini berada di pusara klimaks ibadahnya. Untuk kali ini mata sang lelaki terpejam. Lalu ia pun berdoa di dalam hatinya ;
“ oh…Tuhanku…, aku menghadap lagi dan berharap lagi…, jika Kau ijinkan…, aku ingin mengulanginya semua permintaanku tadi…”
“ oh…Tuhanku…, jagalah ia beserta cintanya kepadaku,…jadikanlah cintanya selayak matahari…, yang selalu setia kepada semesta…”
“ jadikanlah cintanya selayak pasir di pantai…, yang tak pernah habis walau dihanyutkan oleh ombak kecil dan besar sekalipun…”
“ jadikanlah cintanya selayak oksigen…, yang tak pernah habis walau manusia, hewan dan tumbuhan berebut menghirupnya di malam hari…”
“ oh…Tuhanku…, perkenanlah permintaanku…”
“ amin yaa robbalallamin …”
Begitulah yang dilakukan oleh sang lelaki di hari-hari berikutnyaKembali berdoa untuknya, tiada henti memuji pesonanya, dan menyalakan kembali pelita hati yang pernah redup dan kesemuanya itu dilakukannya. Hanya untuk sang wanita pemberian Tuhan, yang selalu setia berada di sisinya.
Sekian
Kamis, 15 September 2011
][ RUQYAH ][
Ada 3 macam ruqyah itu dikatakan Syari yaitu :
Pertama. Dia harus meyakini bahwa obat dan dokter hanya sebagai sarana disembuhkannya penyakit saja, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan penyakit hanyalah Allah ta'ala. Sebagaimana firman Allah ta'ala ketika mengisahkan Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang artinya, "Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku." (QS. asy-Syu'ara: 80)
Kedua. Tidak boleh menggunakan barang yang haram sebagai obat, demikian juga cara pengobatannya tidak boleh dengan cara-cara yang haram apalagi syirik. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya, "Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan (dari penyakit) kalian dari sesuatu yang haram." (Hasan, HR Ibnu Hibban).
Tidak boleh juga berobat dengan hal-hal yang syirik, seperti: pengobatan alternatif dengan cara mendatangi dukun, tukang sihir, orang pintar, menggunakan jin, pengobatan jarak jauh dan sebagainya yang tidak sesuai dengan syari'at Islam, sehingga dapat mengakibatkan terjatuh ke dalam perbuatan syirik yang merupakan dosa besar yang paling besar.
Ketiga. Dianjurkan untuk melakukan pengobatan dengan sesuatu yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti ruqyah, yaitu membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa yang shahih, begitu juga dengan madu, habbatus sauda' (jintan hitam), air zam-zam, bekam, dan lainnya.
Dan berikut ini kami akan menjelaskan pengobatan dengan cara ruqyah yang belakangan ini banyak terdapat praktek ruqyah yang tidak sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Fenomena Ruqyah Yang Ada
Seiring dengan semakin merebaknya praktek ruqyah di tengah-tengah masyarakat, semakin bertambah minat masyarakat untuk menjadikan ruqyah sebagai solusi bagi penyakit mereka. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa di sana ada praktek ruqyah yang sesuai dengan syari'at islam dan ada juga yang menyimpang, meskipun banyak orang yang melabeli praktek ruqyahnya sebagai ruqyah syar'i. Sehingga perlu bagi kita untuk mengetahui ruqyah yang syar'i dan ruqyah yang keliru.
Al-Qur'an adalah As Syifa' (Obat)
Tidak diragukan lagi bahwa pengobatan dengan al-Qur'an dan dengan cara yang diajarkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berupa ruqyah, merupakan pengobatan yang bermanfaat, sekaligus penawar yang sempurna. Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Dan Kami turunkan dari al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman". (QS. al-Isro': 82). Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta'ala menyatakan bahwa al-Qur'an adalah obat/penawar. Bahkan al-Qur'an merupakan obat bagi semua penyakit hati dan penyakit fisik. Tetapi yang perlu diingat bahwa tidak semua orang mampu melakukan pengobatan terhadap suatu penyakit menggunakan al-Qur'an. Orang yang melakukan ruqyah harus mempunyai ilmu tentang ruqyah, mempunyai keyakinan yang kuat terhadap Allah ta'ala, dan juga terpenuhi syarat-syarat ruqyah.
Syarat-Syarat Ruqyah Syar'i
Para ulama' telah bersepakat bahwa ruqyah itu diperbolehkan jika memenuhi tiga syarat, yaitu:
Pertama. Ruqyah tersebut harus menggunakan firman Allah ta'ala, nama dan sifat-Nya, atau sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kedua. Ruqyah tersebut harus diucapkan dengan bahasa Arab, diucapkan dengan jelas dan dapat dipahami maknanya.
Ketiga. Harus diyakini bahwa yang memberikan pengaruh bukanlah dzat ruqyah itu sendiri, tetapi pengaruh itu terjadi semata-mata karena kekuasaan Allah ta'ala. Sedangkan ruqyah, itu hanya sebagai salah satu sebab saja.
Praktek Ruqyah yang Tidak Syar'i
Penting untuk diketahui bahwa tidak semua praktek ruqyah yang dilakukan oleh kaum muslimin itu benar. Tetapi tersebar pula praktek ruqyah yang keliru. Sehingga bagi orang yang memperhatikan praktek pengobatan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini, niscaya dia akan melihat berbagai penyimpangan dalam tata cara dan tujuan pada praktek ruqyah yang keliru tersebut. Terjadinya penyimpangan ini, di antaranya berpangkal pada dua hal:
Pertama. Karena kurang memahami permasalahan agama dengan pemahaman yang benar.
Kedua. Karena membenarkan perkataan jin yang merasuki badan seseorang. Karena pada asalnya jin itu pendusta meskipun terkadang perkatannya benar.
Berikut ini adalah dua contoh dari praktek ruqyah yang keliru yang sering terjadi di masyarakat:
1. Mengajak berkomunikasi jin dan membenarkan perkataannya
Hal ini sering kita dapati pada praktek ruqyah yang terjadi pada jaman sekarang. Fenomena ini hanya akan mengantarkan manusia menuju kerusakan dan pelanggaran. Orang-orang tersebut seolah-olah lupa kalau hukum asal jin adalah seorang pendusta. Para jin juga bukan sumber untuk mendapatkan ilmu. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, "Dia (saat ini) jujur kepadamu, tetapi ia makhluk yang pendusta".
Praktek ruqyah yang seperti ini mengandung unsur pelanggaran terhadap pentunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa Sallam. Di antara dampak buruk berkomunikasi dengan jin adalah:
a. Terjadi fitnah dan perseturuan di antara manusia. Sebab tatkala jin mengatakan bahwa si Fulan adalah orang yang menyusupkan pengaruh sihir, dan ini didengar oleh orang banyak, maka dapat mengakibatkan timbulnya permusuhan dan kebencian di antara kaum muslimin. Berapa banyak terjadi perpecahan, permusuhan, putusnya tali silaturrahmi, keluarga yang tercerai berai lantaran perkataan jin yang ada dalam tubuh orang yang kerasukan jin??
b. Jin akan lebih lama tinggal dalam tubuh korban karena bacaan al-Qur'an dihentikan dengan komunikasi tersebut.
2. Menjadikan Ruqyah sebagai profesi
Ini adalah fenomena yang banyak terjadi pada zaman ini. Ada sebagian orang yang menyibukkan diri untuk mengobati penyakit dengan cara ruqyah. Tempat tinggal mereka diperluas dan siap menerima kedatangan para pasien. Jadwal kunjungan mereka tetapkan layaknya rumah sakit. Sehingga orang tersebut menjadikan ruqyah sebagai pekerjaan untuk mencari penghidupan.
Apabila kita melihat perjalanan hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, perjalanan hidup para sahabat serta sejarah ulama'-ulama' kaum muslimin yang tidak diragukan lagi keimanan dan keilmuan mereka. Maka kita tidak menemukan seorang pun di antara mereka yang mengkhususkan diri membuka praktek pengobatan dengan cara ruqyah. Kita juga tidak mendapati salah seorang di antara mereka yang menjadikan ruqyah sebagai mata pencaharian.
Oleh karena itu, kita dapat mengetahui bahwa mengkhususkan diri menjadi tukang ruqyah tidak pernah ada pada zaman salafush sholeh (generasi terbaik umat ini). Dan kita mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan, seandainya menjadikan ruqyah sebagai profesi itu baik niscaya mereka sudah melakukannya.
Semoga penjelasan yang ringkas ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Untuk lebih jelas tentang ruqyah silakan lihat buku "Ruqyah Mengobati Guna-Guna dan Sihir" yang ditulis oleh al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafidzahullah.