Dewa dan Dewi adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga Dewi berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Dewa hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
Dalam kehidupan mereka berdua, Dewa sangat mencintai Dewi. Dewa telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Dewi dan Dewi kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Dewa telah menuliskan harapannya kepada Dewi. Banyak sekali harapan yang telah Dewa ungkapkan kepada Dewi. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”, ”Semoga Tuhan melindungi Dewi dari bahaya”, ”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”, dan lain-lain. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Dewi.
Suatu hari Dewa melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu di lipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Dewa berkata kepada Dewi, “Dewi, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua!!! “
Saat mendengar Dewa berkata demikian, menangislah Dewi. Ia berkata kepada Dewa, “Dewa, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!!!”. Saat mendengar itu Dewa pun bak di sambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada Dewi. Ia mengatai Dewi matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Dewa meninggalkan Dewi menangis seorang diri.
Dewa mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap Dewi dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Dewa menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorang pun tak kenal Dewa, ia adalah bintang kesuksesan.
Suatu hari Dewa pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba di lihatnya sepasang suami istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Dewa pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Dewi. Dewa mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Dewa membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Dewi.
Dewa sangat terkejut ketika didapati orang tua Dewi memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Dewi dalam makam itu. Dewa pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Dewi untuk menemui orang tua Dewi.
Orang tua Dewi pun berkata kepada Dewa, ”Dewa, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Dewi yang terkena kanker rahim ganas. Dewi menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu”. Orang tua Dewi menyerahkan sepucuk sura tkumal kepada Dewa.
Dewa membaca surat itu. “Dewa, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputus asaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Dewa, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Dewa. Dewi“
Setelah membaca surat itu, menangislah Dewa. Ia telah berprasangka terhadap Dewi begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Dewi teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Dewi kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Dewi mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Dewi sebagai orang matre tak berperasan. Dewi telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputus asaan dan kehancuran.
Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.
Dalam kehidupan mereka berdua, Dewa sangat mencintai Dewi. Dewa telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Dewi dan Dewi kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Dewa telah menuliskan harapannya kepada Dewi. Banyak sekali harapan yang telah Dewa ungkapkan kepada Dewi. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”, ”Semoga Tuhan melindungi Dewi dari bahaya”, ”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”, dan lain-lain. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Dewi.
Suatu hari Dewa melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu di lipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Dewa berkata kepada Dewi, “Dewi, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua!!! “
Saat mendengar Dewa berkata demikian, menangislah Dewi. Ia berkata kepada Dewa, “Dewa, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!!!”. Saat mendengar itu Dewa pun bak di sambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada Dewi. Ia mengatai Dewi matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Dewa meninggalkan Dewi menangis seorang diri.
Dewa mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap Dewi dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Dewa menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorang pun tak kenal Dewa, ia adalah bintang kesuksesan.
Suatu hari Dewa pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba di lihatnya sepasang suami istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Dewa pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Dewi. Dewa mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Dewa membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Dewi.
Dewa sangat terkejut ketika didapati orang tua Dewi memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Dewi dalam makam itu. Dewa pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Dewi untuk menemui orang tua Dewi.
Orang tua Dewi pun berkata kepada Dewa, ”Dewa, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Dewi yang terkena kanker rahim ganas. Dewi menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu”. Orang tua Dewi menyerahkan sepucuk sura tkumal kepada Dewa.
Dewa membaca surat itu. “Dewa, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputus asaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Dewa, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Dewa. Dewi“
Setelah membaca surat itu, menangislah Dewa. Ia telah berprasangka terhadap Dewi begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Dewi teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Dewi kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Dewi mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Dewi sebagai orang matre tak berperasan. Dewi telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputus asaan dan kehancuran.
Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.
Sumber dari Facebook Teman
,,yah...beginilah cinta,,dari dulu sampe sekarang,,deritanya tiada akhir,,jadi pengen nangis,,huhu,,
BalasHapusWahh cerita yang sangat menarik...
BalasHapusYa allah sangat mengiris hatiku cerita ini sob,.sampai hatiku terenyuh.
BalasHapustrenyuh saya bacanya. Mbak vpie berhasil membawa saya untuk memandang keluar jendela, lalu berfikir tentang luasnya hakikat pengorbanan.
BalasHapusBaca kisahnya bikin merinding juga sis.. berrr..
BalasHapusbagus ceritanya, meskipun berakhirnya terlalu sad. dewi yang terpaksa bohong kepada dewa karena terkena kanker rahim ganas. (ʃ˘̩̩̩з˘̩̩̩ƪ)
sangat menarik sekali ini cerita, makasih ia, met pagi....!!!!
BalasHapus"Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita."
BalasHapusane suka kata2 itu .. sip banget deh pokoknya :D
Cerita cinta yg sangat menarik nih.. Terus kata-kata yg terahir tuh gue suka..
BalasHapusCerita yang sangat bagus mbak Pie, ksayask di film2 . Ada lagi yg sangat menarik n angkat jempol buat cara nyimpan kerword SEO nya.. siip deh patut utk ditiru.
BalasHapusBtw.. maaf.. potonya sangat cantik, aslinya pasti lebih dari itu.. Amin..
aduh aduh sedih bgt. . !andaikan cewek cewek skarang mampu berkorban seperti dewi .ahai . . He. . .
BalasHapusSedih bacanya....
BalasHapusCinta tanpa pengorbanan bagai sayur tanpa garam....hehehe....
Bener nggak ya?
ikut nyimak aja mba
BalasHapuspertamax.. hehe
ikut liwat, sambil senggol GA sob :D
BalasHapuscinta selalu berkorban
BalasHapustanpa meminta balasan
telah aku lakukan...
sangat indah ceritanya :)
Cinta memang butuh pengorbanan baik itu waktu,tenaga,pikiran dan perasaan memang cinta itulah yang namanya sosok dari Cinta itu sendiri.
BalasHapuswah... sad ending Nangis
BalasHapusHua..hua..hua... cerita cinta yg begitu mengharukan. Semoga Dewa dan Dewi di ketemukan di kehidupan berikutnya.
BalasHapuswa,,,suka banget dengan kata kata ini
BalasHapus"Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita."
mantap,ni pngobatan cintanya. aq mau dunk di obatin heheh.
BalasHapusmaaf vpie..aku ngga baca sampe tuntas, artikel "pengorbanan cinta"nya wuis yo sing penting jelang 2013 ini vpie dn keluarga tambah sukses, bahagia dan tentunya sehat selalu...:o)
BalasHapusYa ... Allah cerita ini sangat menyentuh saya Kak Dhifa Nagis
BalasHapusSemoga pengorbanan cinta dapat terbalas di surga Kagum
Keren Banget mbak ceritanya,
BalasHapuscinta butuh pengorbanan :)
hadir untuk meramaikan blogg ini
BalasHapusditunggu kunjungan baliknya
hmmm...baca ceritanya jadi teringat buku pertamaku yg berjudul "Keajaiban Cinta"...beli yaa :D
BalasHapusberkunjung sore,maaf gak pinter kasih komentar :)
BalasHapusnice
BalasHapusberkunjung lagi neng...wew.....super nice posting
BalasHapuskunjungan perdana Wha.. Ha SEOrang ya..
BalasHapus