Malam semakin larut, bulan masih tersenyum menikmati bintang menari-nari di awan dalam kebisuan malam. Dunia pun nyenyak menikmati tidurnya. Tapi aku yang sendiri sedang menangisi sayapku yang tlah patah. Cucuran darah yang membasahi bulu sayapku. Semakin ku tak kuasa menahan rasa perihnya, maka semakin deras cairan itu mengucur. Saat ini yang kuperlukan hanyalah dukungan dari seseorang. Seseorang yang setia mendengarkan ceritaku tentang kisah hidupku. Tapi saat ku mengatakan aku sedih, dia malah menertawakanku dan meninggalkan aku sendiri.
Setelah beberapa hari bahkan berbulan-bulan, sayapku tak kunjung sembuh juga. Karena ini hanyalah balutan perban yang sementara. Suatu waktu akan mudah terlepas. Banyak orang yang berkata, bahwa hidup itu bagaikan sebuah lagu. Kita belajar mengikuti iramanya, mendengarkan dengan hati dan di ikuti dengan jari-jari hingga mendapatkan alunan lagu yang merdu. Karena yang menciptakan hidup itu adalah kita sendiri, bukan orag lain. Tapi aku ini lemah, tak akan mungkin bisa menciptakan kehidupan yang baik.
Ku baru tersadar, balutan yang selama ini menutupi luka sayapku tlah terlepas. Seharusnya didunia ini tlah diciptakan sepasang sayap tul terbang menuju surga cinta. Tapi mungkin hanya orang-orang tertentu yang memiliki sepasang sayap. Sedangkan aku belum memilikinya. Sayapku ini sungguh sulit menyembuhkannya, yang slalu terluka oleh permasalahan yang sama. Bahkan tak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Mungkin aku hanya dapat menunggu balutan perban dari seseorang yang berbeda. Berharap ada seseorang yang membalut sayapku hingga sembuh. Sehingga ku dapat pergi meninggalkan balutan noda yang penuh penderitaan dan kebencian. Tuk pergi menuju surga cinta.
nek patah lagi tar ta gawekno neh ?? hehe
BalasHapus. . walach,, lebay mu pak de. huhh . .
BalasHapus